Pembibitan Kelor “Sejati” Kodim Belu Siap Jalani Proses Sertifikasi

Bagikan Artikel ini
Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Pengembangan budidaya tanaman kelor yang dilakukan Kodim 1605/Belu pada lahan Pembibitan Kelor “sejati” sebanyak 45.000 anakan siap menjalani proses sertifikasi sebelum di distribusikan ke masing-masing Koramil.
Hal tersebut disampaikan Pasipers Kodim 1605/Belu Kapten Inf Sri Widayat saat ditemui di lokasi Pembibitan Kelor Sejati, Makodim Belu perbatasan RI-RDTL, Senin (12/12/2022).
Dijelaskan bahwa salah satu syarat utama untuk proses sertifikasi anakan bibit kelor adalah dengan jarak waktu 45 hari pada saat ditanam di media tanah polibeg dengan tinggi tanaman minimal 30 cm.
Lanjut dia, dari 45 ribu anakan ini yang ditanam pada tanggal 18 november rata-rata tinggi tanamannya diatas 30 cm dan yang paling pendek itu 18 cm dan dalam waktu dekat ini akan kita laksanakan sertifikasi oleh Dinas Pertanian Provinsi NTT.
“Untuk saat ini ada 26.000 bibit anakan kelor yang siap untuk dilaksanakan sertifikasi dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah,” ujar Sri.
Dituturkan, setelah menjalani proses sertifikasi nanti anakan bibit kelor tersebut akan di di distribusikan ke masing-masing Koramil dengan alokasi per koramil sebanyak 5000 anakan, yang nantinya akan didampingi oleh satu orang Babinsa dari masing-masing Koramil.
“Oleh karena itu, kita telah instruksikan ke setiap jajaran Koramil agar segera menyiapkan satu lahan yang khusus hanya untuk ditanami kelor saja,” sebut Tri.
Tambah dia, selain itu disiapkan juga cadangan bibit sebanyak 5000 anakan yang diperuntukan bagi anggota Kodim, masyarakat atau dari Instansi Pemerintah Daerah yang akan melakukan penanaman sehingga dengan demikian bibitnya telah kita siapkan.
Terkait dengan kendala selama proses pembibitan, Sri mengungkapkan bahwa kendala yang dihadapi saat ini adalah adanya semacam sejenis penyakit yang menyerah batang dari tanaman kelor itu sendiri, namun pihaknya telah mengatasi dengan melakukan penyemprotan dengan obat yang telah disediakan dari Distan NTT.
“Yang terkena hama penyakit kita pisahkan lalu dimusnahkan, kemudian kita semai bibit yang baru sehingga jumlah alokasinya tidak berkurang,” pungkas mantan Danramil 1605-08/Haekesak itu.