Perjuangan Wanita Tuna Netra Bersama Anaknya Berjualan di Pinggir Jalan Demi Kebutuhan Ekonomi dan Sekolah

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Memiliki penglihatan yang tidak sempurna layaknya orang lain, tidak membuat semangat wanita penyandang disabilitas (tuna netra) ini menyerah dalam mempertahankan kehidupan keluarganya.

Seperti yang dilakukan Emerensiana Hoar, wanita penyandang tuna netra bersama kedua buah hatinya harus berjuang keras jualan hasil kerajinan tangannya (pembersih kaca) di pinggiran jalan demi sesuap nasi dan kebutuhan ekonomi lainnya serta keperluan sekolah anak-anaknya.

Ditemui media, Senin (25/11/2019) Emerensiana Hoar penyandang disabilitas ditemani kedua anaknya yang sedang berjualan kerajinan tangan pembersih kaca di trotoar depan Aula Keuskupan Atambua lama mengatakan,

Akui dia, hal ini dilakukan dirinya lantaran terdesak dengan tuntutan ekonomi yang semakin mendesak, ditambah lagi dengan kebutuhan biaya anak-anaknya yang sudah bersekolah sehingga membutuhkan dana.

“Saya jual pembersih kaca, uang yang didapat pakai beli beras untuk makan bersama kelurga. Selain itu uangnya pakai bayar uang sekolah anak dan bayar kos,” ujar Emerensiana.

Aktivitas berjualan pembersih kaca tidak saja dilakukan dirinya bersama anak-anak, tetapi juga bersama dengan sang suami yang juga mengalami tuna netra sejak setahun yang lalu. “Sekarang, kalau kita tidak kerja, kita mau makan apa anak,” sebut dia.

Lebih lanjut Emerensiana menguraikan, dia bersama suaminya dikarunia dua orang anak. Anak pertama laki-laki sudah sekolah kelas 3 SD Tenubot dan anak kedua perempuan baru di bangku PAUD.

Dikatakan, akitivitas berjualan pembersih kaca sudah dilakukan satu tahun lebih dan jadi penghasilan kami satu-satu bagi dirinya bersama suami. “Kami jual satu pembersihnya dengan harga 25 ribu. Biasanya satu hari barangnya laku 1 sampai 4 buah. Kadang-kadang dalam satu hari tidak laku sama sekali,” urai dia.

Tambah dia, selama berjualan dirinya bersama suami dibantu kedua anaknya. Setiap kali pulang jam sekolah, anak lakinya langsung mengikut ke tempat penjualan yang berpindah-pindah, kadang di jalur SMKK Atambua juga di simpang tiga tugu selamat datang persisnya jembatan depan toko Merlin.

“Saya punya anak yang laki-laki ini, tiap hari keluar sekolah ikut kami jualan. Selama berjualan kami tidak pernah terjadi karena uangnya dikasih pas,” ungkap Emerensiana.

Ketika ditanya apakah selama ini keluarganya mendapat bantuan dari Pemerintah, jawab Emerensiana dia bersama suaminya belum pernah ada bantuan dari pemerintah sampai saat ini.