Longsor, Gedung Satap Tunas Harapan Manutapen Ambruk

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Sebagian gedung sekolah satu atap (Satap) Tunas Harapan di Kelurahan Manutapen, Kota Kupang ambruk akibat longsor yang terjadi pada, Jumat (1/2/2019) sekira pukul 09.00 Wita.

Kepala Sekolah Satap Tunas Harapan, Yonisius Nenabu sampaikan ini dihadapan Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Mohammad Ansor dan anggota Komisi V, Winston Neil Rondo saat meninjau langsung kondisi sekolah yang tertimpa longsor itu, Jumat (1/2/2019) siang.

Yonisius mengungkapkan, hujan yang mengguyur selama beberapa hari berturut-turut di wilayah tersebut membuat pondasi bangunan sekolah terkikis dan ambruk, mengakibatkan bangunan kantor sekolah serta satu ruang belajar ambruk dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar

“Dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa, hanya ada kerugian meterial yakni sebagian bangunan kantor ambruk yang di dalamnya ada komputer, meja, kursi, laptop dan printer,” ungkap Yonisius.

Menurut Yonisius, untuk sementara para siswa diliburkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat kondisi cuaca yang kurang baik akibat hujan terus menerus disertai angin kencang.

“Setelah saya koordinasi dengan ketua komite sekolah, kami sepakat untuk mengizinkan para siswa belajar di rumah untuk sementara waktu, sambil melihat situasi,” katanya.

Dia menjelaskan, sekolah satu atap itu terdiri dari SD, SMP dan SMA. Jumlah siswa SMA sebanyak 134 orang dan 74 siswa diantaranya sedang persiapan menghadapi UNBK, siswa SMP sebanyak 29 orang dan SD sebanyak 42 orang. Sedangkan guru berjumlah 32 orang.

Pada kesempatan itu, Yonisius menyampaikan, sekolah tersebut dibangun sejak tahun 2010 lalu, dimulai dengan Pusak Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) pada tahun 2019.

“Karena saat itu banyak peminat maka kemudian kami pisahkan untuk sekolah formal dan non formal, menjadi SD, SMP dan SMA. Tetapi untuk PKBM masih tetap berjalan hingga saat ini, mulai dari Paket A, B sampai C,” ujarnya.

Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Mohammad Ansor mengatakan, setelah melihat langsung kondisi sekolah tersebut memang sangat memprihatikan karena musibah longsor itu. Karena itu, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa para siswa tidak boleh putus sekolah.

“Karena itu, kami akan menyampaikan kepada pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi NTT, dan mengupayakan agar disediakan bantuan tenda darurat agar anak-anak kita tidak boleh berhenti sekolah,” katanya.

Dia mengatakan, lokasi sekolah tersebut rawan longsor, dan berada di daerah aliran sungai (DAS). Sehingga pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas yang menangani bidang perumahan dan permukiman serta Balai Sungai Wilayah NTT agar melakukan rehabilitasi.

“Ini daerah rawan longsor, bukan hanya lokasi sekolah ini saja tetapi rumah-rumah penduduk juga bisa terancam bahaya longsor,” tandasnya.

Anggota Komisi V DPRD NTT, Winston Neil Rondo mengatakan, melalui kewenangan DPRD NTT akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk mengalokasikan anggaran untuk merehabilitasi atau mengadakan ruang kelas baru.

“Tapi kalau kita mau tambah ruang kelas baru, saran saya adalah harus ganti lokasi baru mengingat lokasi ini rawan longsor,” katanya.

Dia menambahkan, walaupun mengalami musibah tetapi diharapkan agar para siswa tetap dipersiapkan untuk menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang tak lama lagi bakal diselenggarakan.