Orang Muda Promosikan Perbedaan

Bagikan Artikel ini

Kupang, NTTOnlinenow.com – Orang muda sebagai masa depan bangsa sebaiknya tidak saja mempromosikan persamaan tetapi juga mulai mempromosikan perbedaan dan keberagaman sebagai sesuatu yang indah. Demikian kesimpulan diskusi yang diselenggarakan Direktorat Intelkam, Polda NTT dengan Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) Kelompok Cipayung di salah satu hotel belum lama ini.

Hadir pada diskusi tersebut nara sumber Sosiolog Lazarus Jehamat, Fisip Undana, Andi Irfan, Dosen FH Muhammadyah, Ketua MUI NTT, Drs. Abdulkadir Makarim dipandu Anna Djukana.

Selanjutnya kesimpulan diskusi tersebut Pancasila menjadi pandangan hidup dan identitas kolektif warga bangsa ini, membaca Pancasila harus dengan kritis sehingga tidak terjebak pada simbolik Pancasila.

Kesimpulan lainnya, Indonesia bukan negara agama tetapi negara yang didiami orang orang yang bergama, MUI NTT tidak memberikan kesempatan Khilafatul Muslimin berkembang di NTT karena bertentangan dengan Konsep NKRI, Medsos dipakai untuk memperkuat narasi narasi radikalisme, menjadi arena ajang hujatan, menyebarkan berita hoax, permusuhan, buly.

Sementara rekomendasi rekomendasi dari diskusi tersebut yakni konsistensi praktik nilai berbangsa dan bernegara, mempromosikan perbedaan dan tidak mencari irisan atau persamaan, sosialisasikan forma melalui pendidikan, keteladanan elit.

Rekomendasi lainnya, mengejewantahkan nilai nilai Islami dalam kehidupan berbangsa dan bernegara daripada memaksakan menggunakan simbol simbol, merevitalisasi nilai nilai Pancasila menyesuaikan dengan generasi milenial saat ini, memasukan kurikulum pendidikan multikultural di sekolah sekolah formal dan informal dari TK sampai Perguruan Tinggi, membentuk kelompok kelompok orang muda lintas agama, suku yang berbeda seperti Kompak, memperkuat dukungan bagi Kelompok Cipayung sebagai organisasi yang melahirkan kader kader pemimpin bangsa, mengedukasi konten konten narasi di media sosial, menanamkan dan mengembangkan nilai nilai ajaran agama yang inklusif, moderat, menghargai kemajemukan dan realitas budaya dan bangsa. Yang tak kalah penting mendorong pemerintah untuk menerapkan keadilan sosial. (non)