Ditanam Desember Lalu, Budidaya Maek Bako Jadi Polemik

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Program budidaya maek bako (sejenis tanaman umbi-umbian untuk dimakan) yang ditanam sejak beberapa bulan lalu di kawasan hutan jati nenuk diperbincangkan publik.

Dalam pemandangan umum Fraksi Partai Golkar pada sidang I DPRD Belu kali lalu mempertanyakan perkembangan tanam maek bako.

Pantauan NTTOnlinenow.com belum lama ini, budidaya maek bako yang berlokasi di kawasan hutan jati Nenuk belum satupun tanaman yang tumbuh.

Di atas lahan itu hanya terdapat sebuah batang kayu yang menancap diatas tanah yang menjadi tanda lubang yang ditanami maek bako.

Sementara itu pada sebagian lahan yang terletak dalam kawasan hutan jati dekat titik budidaya maek bako terbakar dilahap api.

Bupati Belu, Willybrodus Lay yang dikonfirmasi media usai terkait tanaman maek bako menuturkan, perlu kita memahami bersama bahwa jenis tanaman ini dia hanya hidup di musim hujan. Begitu hujan habis dia mati umbinya ada dalam tanah, terus hujan lagi dia tumbuh.

“Pada saat kita panen dia harus mati. Ini kalau kita gali dalam tanah saya yakin pasti ada, jadi kemarau kita tidak dapat lihat lagi,” ujar dia usai Launching Pelayanan Tera ulang Metrologi Legal Diperdagind Belu, Kamis (2/8/2018) lalu.

Jelas Lay, tanaman maek bako punya waktu siklus hidup yang sangat pendek dan biasanya kalau mati bekas lubangnya ada, dan kalau mau gali cari dari lubang-lubang itu.

Terkait kapan ditanam, tutur Lay budidaya tanaman maek bako dilakukan sejak bulan Desember. Sementara itu kaitan dengan luas dan jumlah anggaran tidak dijelaskan secara detail karena yang mengetahui Dinas teknis.

Lay mengatakan, budidaya maek bako menjadi prioritas tetap diberikan perhatian. Oleh sebab itu diharapkan, semua pihak tidak boleh mempergunjingkan. Karena Pemerintah menghendaki dan bekerja keras agar budidaya maek bako bisa berhasil.