Satgas Golkar Pulangkan Modesta TKW Asal Silawan

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Satgas Partai Golongan Karya NTT berhasil menyelamatkan Tenaga Kerja Wanita Modesta Amnanu asal Desa Silawan, Kacamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Timor Barat wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste.

Korban diketahui dikurung bersama dua orang TKW asal Belu lainnya serta ratusan TKW asal Jawa dalam sebuah gedung berlantai VI di Jakarta Barat milik salah satu Perusahaan yang merekrut.

Korban lolos dari tekanan bathin saat menunggu jadwal keberangkatan ke Malaysia beberapa waktu mendatang.
Selama berada dalan rumah penampungan Jakarta Barat korban dan teman-temannya hanya dikasih makan sehari dua kali seadaanya.

Modesta dipulangkan ke Belu menggunakan pesawat kedua di bandara A. A Bere Tallo Haliwen, Minggu (17/6/2018) diantar langsung oleh juru bicara Satgas human traficking parta Golkar NTT Riesta Megasari dan Suster Laurensia SPI dari JPIC Keuskupan Kupang.

Kepada media Modesta menuturkan, sebelum menjalani masa pengurungan di Jakarta Modes dan lima orang TKW asal Belu lainnya menjalani pengurungan di gedung penampungan PT selama dua Minggu di Liliba Kota Kupang.

Dia mengaku, dirinya keluar dari sejak 4 Mei 2018 menuju Kupang. Setelah kupang saya dan lima orang teman dari Belu di kurung selama dua minggu setelah itu baru diteruskan ke Jakarta. “Di Jakarta kami dikurung dalam satu gedung lantai VI di Jawa Barat tanpa ada kegiatan apa-apa,” ujar dia.

Modesta mengaku mengalami tekanan bahtin serius selama menjalani masa kurungan di Kupang maupun Jakarta selain karena kondisi kesehatannya (sakit lambung) juga merasa tertipu dengan janji-janji muluk dari petugas lapangan di Belu maupun di Kupang.

Dikisahkan, saat menjalankan medical cek di Kupang dia mengatakan pada petugas bahwa sering mengalami sakit lambung. Namun kata petugas tidak apa-apa nanti minum obat sembuh.

“Jadi saya ingin mau kembali, tapi mereka bilang kalau saya batal jalan nanti saya harus kembalikan uang Rp.25 juta jadi saya terpaksa jalan saja,” ucap Ibu tiga anak itu.

Lanjut dia, setelah tiba di Jakarta dirinya mendengar cerita teman-teman yang sudah pernah kerja di Malaysia bahwa nanti gaji kami di potong dua bulan terus gaji setiap bulan bagi kami TKW baru cuman 800 ringgit padahal waktu saya direkrut dijanji gaji setiap bulan 1200 Ringgit tanpa potongan.

“Karena dengan cerita teman-teman sehingga rasa tertipu dan berusaha lari keluar dari rumah penampungan,” urai Modesta.

Dikatakan bahwa, dirinya lolos dari gedung penampungan berlantai VI sejak 9 Juni 2018 dini hari lalu saat petugas jaga pintu mempercayakan untuk memegang pintu gerbang. Modesta berhasil lolos melarikan diri dengan modal uang yang dipegang hanya Rp.50 ribu dan pakaian di badan.

“Pagi itu teman dari Jawa yang pegang kunci pintu gerbang kebetulan di mau pulang rumahnya jadi dia percayakan saya untuk pegang kunci. Saat dia keluar jalan saya juga langsung lari ke jalan umum dan tahan taxi menuju ke pasar. Saya langsung telepon suami untuk telepon om Agus Tulasi (anggota DPRD TTU Fraksi Partai Golkar) untuk bantu selamatkan saya pulang ke rumah di Silawan,” papar dia.

Masih menurut Modesta, sejak dia diterima menjadi TKW yang akan diperkerjakan di Malaysia dirinya belum menandatangi kontrak kerja dengan perusahaan yang merekrut. Akui dia, dirinya hanya tamatan SD tapi saat lengkapi berkas persyaratan di Kantor Nakertrans hanya memberikan KTP, akte kelahiran dengan kartu keluarga saja.

“Mereka tidak minta foto copy ijasah. Setelah itu tes tulis dan membaca kemudian serahkan surat pernyataan setuju dari suami. Kemudian saya dinyatakan bisa ikut TKW,” ujar Modesta.

Anggota fraksi partai Golkar DPRD TTU, Agustinus Tulasi menjelaskan setelah menerima informasi dari korban diri langsung menyampaikan ke ketua DPD I partai Golkar NTT, Melkiades Lakalena.

Lanjut itu kata Gusti, dirinya juga berusaha untuk meminta tolong kepada salah seorang Suster asal Biboki yang sedang bertugas di Jakarta untuk segera mencari keberadaan korban yang saat itu kebingungan mencari tempat perlindungan sementara.

Dirinya mengetahui hal itu saat tengah ikut kegiatan partai di Flores, tiba saya ditelepon oleh tanta Desta dan kasih tahu masalah yang dialami. Setelah terima telphone saya langsung sampaikan ke Ketua DPD I partai Golkar NTT, saat itu juga beliau perintahkan untuk segera sampaikan ke Satgas anti human traficking partai untuk segera tangani sampai tuntas.

“Kami mewakili keluarga juga partai hanya meminta agar kasus ini diusut tuntas secara hukum karena ada indikasi pidana penipuan dan lain sebagainya sehingga kejadian ini tidak dialami oleh Modesta Modesta lainnya,” pinta Tulasi.

Bersamaan Juru Bicara Satgas anti human traficking partai Golkar NTT, Riesta Megasari mengaku senang karena Partai Golkar berhasil membawa pulang Modesta Amananu ke rumah tinggalnya dalam keadaan selamat.

Dikatakan, kasus yang dialami Modesta terindikasi human traficking karena oknum petugas lapangan Perusahaan sempat menyerahkan uang senilai Rp.3 juta kepada korban dan keluarganya sesaat korban akan meninggalkan salah satu anak Balita menuju tempat penampungan di Kupang dan Jakarta beberapa waktu lalu.

Lanjut Megasari, indikasi lainnya yaitu ketika ibu Odete mengancam korban untuk mengganti rugi Rp. 25 juta jika korban batal menjadi TKW yang direkrut perusahaannya. Sebenarnya tidak terjadi kasus ini hanya perusahaan perekrut dan dinas tidak memperhatikan kondisi psikis korban dimana ibu Modesta sedang terganggu bathinnya karena harus meninggalkan seorang anak Balitanya yang sedang sakit.

Megasari mengancam akan memejahijaukan pihak Perusahaan jika terus melakukan ancaman kepada korban dan keluarganya. Sebab kasus yang dialami Modesta masuk kategori pidana. “Kami akan minta fraksi partai Golkar DPRD Belu untuk kawal dan tuntaskan masalah ini, sehingga tidak terulang menimpa warga lain,” tegas dia.

Ketua DPD partai Golkar Belu, Yohanes Jefri Nahak menegaskan pihaknya akan memerintahkan Fraksi partai Golkar DPRD Belu untuk segera berkoordinasi dengan komisi terkait untuk memanggil pihak Dinas Nakertrans dan perusahaan perekrut untuk mempertanggungjawabkan kasus ini agar tidak terulang kepada warga Belu lainnya.

“Kita akan perjuangkan lewat Fraksi Partai Golkar sehingga kasus ini tuntas dsn tidak terulang lagi,” pungkas Nahak.