Wabub Belu : Faktor Ekonomi, Sosbud Penyebab Timbulnya Aksi Kejahatan

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Penyebab timbulnya aksi kejahatan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti faktor ekonomi, sosial budaya dan masalah sosial lainnya.

Sehingga peran Pemerintah bersama aparat keamanan dan segenap masyarakat strategis lainnya sangat diperlukan untuk bersama-sama dapat mensosialisasikan tentang pentingnya hidup rukun dalam bermasyarakat. Sehingga hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah dapat dihindarkan.

“Hindari saling melempar tanggung jawab, mari sesama aparat kita saling melengkapi, saling mengisi agar nampak soliditas diantara kita,” demikian arahan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya yang disampaikan Wakil Bupati Belu, Ose Luan saat membuka Rakot pengendalian keamanan dan kenyamanan lingkungan tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota se-NTT di Kabupaten Belu, Selasa (5/6/2018).

Dikatakan, melalui Rakor ini kita bersama-sama membangun semangat serta tekad dalam membangun kerjasama serta koordinasi kita semua, baik antara jajaran Pemerintah daerah Provinsi maupun kabupaten/kota.

Khususnya jajaran Kesbangpol, unsur FKDM, FPK, KOMlNDA, FKUB, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, para Camat, Lurah, Danramil, Babinsa, Kapolsek, Babinkantibmas, dalam rangka menyatukan langkah, tekad, pikiran, semangat dan pemahaman yang sama, dalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi terselenggaranya kegiatan pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan.

“Seperti kita ketahui bersama keamanan menjadi salah satu prasyarat penting bagi terselenggaranya seluruh aktivitas masyarakat,” ujar Ose.

Lanjut mantan Sekda Belu itu, terciptanya kondisi keamanan dan kenyamanan serta ketertiban masyarakat merupakan prasyarat dasar dan landasan dalam pelaksanaan segala aktivitas kehidupan bermasayarakat yang baik dalam menuju Nusa Tenggara Timur yang lebih aman, damai dan sejahtera.

“Hal ini dapat terjadi apabila adanya keinginan bersama yang kuat antara Pemerintah, aparat keamanan, masyarakat,
serta elemen terkait lainnya tanpa harus memperhatikan latar belakang dan perbedaan yang ada,” ucap dia.

Ditegaskan, pentingnya kebersamaan kita menjadi sesuatu yang harus kita lakukan dengan cara membangun jejaring, baik diantara pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dengan FKUB, Kominda, FKDM, FPK, Camat, Danramil, Kapolsek dan semua masyarakat agar kita sehati, sesuara, bertindak bersama sedapat mungkin mencegah konflik yang bisa saja terjadi di provinsi flobamora tercinta.

Perkembangan terkini di tengah masyarakat kita, telah memunculkan fenomena menarik yang menjelaskan terjadinya pergeseran dalam implementasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pergeseran ini cenderung membuka peluang untuk terciptanya gesekan dan memunculkan konflik di tengah masyarakat majemuk.

“Hal ini semakin diperparah dengan kondisi tatanan budaya kita yang memberikan peluang berkembangnya berbagai bentuk kekerasan, terutama kekerasan struktural. Kecermatan kita dalam melihat, menangkap dan menganalisa fenomena ini bukan hanya kepada akibat dari apa yang terjadi, tetapi seharusnya lebih kepada sumber dan pemicu terjadinya gesekan tersebut,” ungkap Ose.

Dituturkan, Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi kepulauan yang terdiri dari 1.192 buah pulau besar dan kecil memiliki 5 buah pulau terdepan yaitu Pulau Salura, Pulau Batak, Pulau Ndana Rote, Pulau Dana Sabu dan Pulau Mangkudu, luas lautan mencapai 200.000 km2 dan daratannya 47.718,10 km2 serta berbatasan darat dengan negara Republik Demokratic Timor Leste (RDTL) dan berbatasan laut dengan negara Australia.

Masih menurut Ose, jika kita cermati bersama, kehidupan masyarakat di daerah mengandung kerawanan dan berpeluang menimbulkan konflik sosial/konflik komunal, yang dipicu adanya isu sara yang merupakan akibat adanya provokasi pihak-pihak tertentu yang kemudian berkembang meniadi konflik sosial dan apabila hal ini tidak diantisipasi secara dini, maka akan berdampak kepada terganggunya stabilitas keamanan di daerah.

Untuk itu guna menciptakan situasi keamanan dan kenyamanan lingkungan yang kondusif di daerah, maka saya Ingin menyampaikan berapa pesan dan harapan kepada peserta rakor antara lain sebagai berikut yakni, meningkatkan koordinasi untuk membangun jejaring kerja dalam rangka pemetaan/identifikasi setiap pergerakan orang asing yang masuk ke indonesia dengan melaksanakan deteksi dini, cegah dini dan lapor cepat.

Membangun dan memperkuat pemahaman wawasan kebangsaan kepada seluruh elemen masyarakat (tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda. LSM, pelajar, mahasiswa) terutama di daerah perbatasan baik lewat media cetak, media elektronlk maupun tatap muka agar dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat nasionalisme secara dini.

Memperkuat pintu masuk di daerah masing-masing, baik melalui darat, laut dan udara serta setiap tamu yang baru masuk di wilayah Nusa Tenggara Timur dalam waktu 1 x 24 jam, wajib melaporkan diri kepada RT, RW dan Aparat Kepala Desa/Lurah setempat.

Wabup Ose mengajak seluruh peserta Rakor agar tetap meningkatkan koordinasi, kerjasama dan kemitraan segenap komponen bangsa, untuk bersama-sama melakukan langkah langkah waspada dan antisipasi dini terhadap setiap potensi ancaman terhadap stabilitas nasional di daerah. NTT yang harmonis, damai dan aman tentu saja menjadi harapan kita bersama.

“Oleh karena itu kerja sama dan jaring informasi menjadi sebuah pilihan yang tepat saat ini. dan membangun soliditas di antara sesama aparat bahwa pentingnya mengelola informasi untuk kepentingan pengambil kebijakan,” pungkas Ose .