Ewindo dan YBTS Bina Ratusan Petani di NTT

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Soe, NTTOnlinenow.com – Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) bersama dengan PT. East West Seed Indonesia (Ewindo), melakukan pembinaan terhadap ratusan petani di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meningkatkan ketangguhan petani dengan benih unggul dan alih teknologi budidaya tanaman.

PT. Ewindo, produsen benih sayuran tropis hibrida CAP PANAH MERAH, pada Rabu (11/10/2017) menggelar expo bertema “Membingkai Kemitraan dan Kebersamaan Melalui Budidaya Sayuran Yang Berkelanjutan” di Desa Kesetnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT.

Acara ini melibatkan 500 petani dari kelompok tani Desa Oinlasi, Desa Pusu, Desa Oe-ue, Desa Noemeto, Kota Soe, dan Desa Boentuka Kabupaten TTS serta tiga desa di Kecamatan Takari Kabupaten Kupang.

Kegiatan expo yang dihadiri oleh Bupati TTS, Paulus V. R. Mella, dan Ketua YBTS Edwin Saragih ini bertujuan untuk memperkuat penghidupan dan mencetak petani yang tangguh dalam meminimalisir risiko bencana iklim terutama musim kering berkepanjangan yang sering terjadi di kawasan Indonesia Timur.

“Kami optimistis petani NTT akan menjadi petani sayuran yang tangguh dan adaptif terhadap kondisi iklim yang pada ujungnya mampu meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata Ketua YBTS, Edwin Saragih.

Edwin Saragih menjelaskan, untuk mencapai tujuan tersebut telah dan akan dilaksanakan sejumlah kegiatan, diantaranya adalah transfer pengetahuan tentang cara bertanam yang baik kepada kelompok-kelompok tani melalui serangkaian pelatihan dan demo-plot.

Selain itu juga dilakukan upaya perlindungan dan konservasi sumber mata air, konstruksi sarana air untuk irigasi lahan pertanian, peningkatan akses petani terhadap data/informasi iklim, peningkatan pendapatan petani termasuk pendampingan pengolahan dan pengemasan produk pertanian serta membuka akses pasar.

Selain kegiatan tersebut, pada kesempatan ini petani juga diperkenalkan dengan 28 varietas unggul sayuran. Varietas-varietas tersebut diantaranya Kubis SEHATI F1, Paria RADEN F1, Oyong ANGGUN F1, Labu SUPREMA F1, Kacang Panjang KANTON TAVI, Bawang merah TUK TUK, Cabai Rawit DEWATA 43 F1, Buncis MAXIPRO dan Melon ARAMIS F1.

Edwin menyebutkan, berdasarkan data BPS NTT, produksi sayuran di Provinsi NTT sebesar 10.312 ton pada tahun 2016. Namun, secara kuantitas angka ini terus menurun jauh dari produksi sayuran di NTT pada tahun 2015 yakni sebesar 13.102 ton dan 13.609 ton pada tahun 2014.

“Menurunnya produksi sayuran ini penyebab terbesarnya adalah musim kemarau panjang yang melanda NTT dalam beberapa tahun terakhir, dimana musim kemarau terjadi sejak bulan Mei hingga bulan Oktober yang diperkirakan merupakan puncak musim kemarau,” sebutnya.

Selain bencana kekeringan, menurut Edwin, kurangnya informasi dan pengetahuan budidaya pertanian merupakan hambatan yang dialami oleh petani di wilayah NTT yang berdampak pada minimnya pendapatan yang diperoleh, sehingga penting bagi petani untuk dapat beradaptasi dan mengelola air sebaik mungkin untuk penghidupan pertaniannya.

Baca juga : “Mafia” Tapal Batas, Angelino Minta Usut Tuntas Kasus Harley Davidson

“Saat ini, petani lebih banyak memanfaatkan musim hujan untuk penanaman padi dan palawija untuk memiliki persediaan pangan,” katanya.

Edwin mengungkapkan, kondisi iklim dan permasalahan ini juga melanda wilayah yang merupakan coverage pendampingan YBTS yang sebagian besar mengalami masalah kekeringan terbesar. Oleh karena itu, melalui pembelajaran pada demo plot di setiap kelompok dampingan, Bersama Dinas Tanaman Pangan, hortikultura dan Perkebunan, YBTS melakukan transfer ilmu dan pengetahuan tentang usaha budidaya sayuran yang teritegrasi dengan upaya konservasi tanah dan air.

“Kegiatan ini juga diharapkan mampu meningkatan kepercayaan diri petani untuk melakukan budidaya sayuran dan merasakan manfaat melalui penjualan hasil yang diperoleh serta memberikan penguatan kapasitas berupa Pelatihan perencanaan usaha bagi kelompok tani dampingan,” ujarnya.

Pendekatan terpadu untuk peningkatan penghidupan (livelihood) dan ketangguhan petani ini, lanjut Edwin, merupakan kerja bersama antara YBTS yang didukung oleh KARINA Jogja yang tergabung dalam aliansi global Partner for Resilience yang didanai oleh Pemerintah Belanda.

Proyek peningkatan penghidupan dan ketangguhan ini dimulai awal tahun 2014 di tiga desa yakni Ponain dan Kotabes (Kabupaten Kupang) dan Desa Tubuhue (Kabupaten TTS), serta sudah memberikan dampak positif bagi desa-desa sekitarnya. Proyek ini menyasar lebih 400 kepala keluarga agar lebih sejahtera dan lebih tangguh dalam menghadapi khususnya ancaman kekeringan di desa mereka.

“Melalui program alih teknologi dan penggunaan benih unggul berkualitas yang disinergikan dengan kegiatan pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim serta konservasi air dan lingkungan, kami optimistis ketahanan pangan di Indonesia Timur khususnya untuk sayuran dapat segera tercapai. Lebih dari itu ketika kesejahteraan petani sayuran meningkat perekonomian di perdesaan juga akan ikut tumbuh,” tutup Edwin.