Perlu Persiapan Sejak Dini Hadapi Bonus Demografi

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020- 2030. Oleh karena itu, diperlukan persiapan sejak dini menghadapi bonus femografi tersebut.

Field Manager Yayasan Sayangi Tunas Cilik – Save the Children, Didiek Eko Yuana menyampaikan hal ini kepada wartawan pada kegiaran Talk show Nasional “Membangun Sumber Daya Manusia dari Desa, Membangun Indonesia”, di Kupang, Kamis (20/42017).

Didiek menjelaskan, bonus demografi adalah ledakan penduduk usia produktif (15- 65 tahun), dimana asumsi jumlah usia produktif berkisar 70 persen dibandingkan kelompok lainnya. Artinya anak- anak usia dini saat ini merupakan para penduduk yang masuk dalam kisaran 70 persen tersebut.

“Bonus demografi ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, atau dengan kata lain berpengaruh positif terhadap pengurangan angka kemiskinan. Tetapi jika tidak dipersiapkan sejak dini, maka akan menjadi bencana sosial pada sebuah negara,” katanya.

Dengan dipersiapkannya sejak dini, seperti memberikan stimulasi yang tepat pada anak- anak usia dini contohnya terpenuhinya dengan baik kebutuhan dasar mereka seperti pendidikan, kesehatan, perlindungan. Tentunya 10 sampai 20 tahun kedepan anak- anak usia dini saat ini diharapkan bisa mandiri dan produktif serta membantu membangun negara Indonesia.

Banyak upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia mempersiapkan bonus demografi demi membangun negara baik dari level pemerintah pusat sampai ke-tataran implementasi di desa. Salah satunya adalah dengan disahkannya Undang-Undang No. 6 tahun 2014 atau sering disebut dengan UU Desa.

“UU Desa adalah undang- undang yang dibuat untuk memberikan kesempatan bagi desa menjalankan dan mengatur pembangunan desanya sendiri secara mandiri, karena memang masyarakat desa-lah yang lebih tau apa saja yang dibutuhkan serta yang perlu diutamankan untuk lebih maju dan sejahtera,” ujarnya.

Dikatakan, lebih dari 74.000 Desa di Indonesia yang diharapkan dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana dasar dan bisa mensejahterakan masyarakatnya. Desa harus dapat menjadi salah satu kunci kekuatan ekonomi Indonesia dan sumber kesejahteraan bagi warganya tanpa terkecuali.

“Hal ini sesuai dengan prioritas agenda ke-3 yang tertuang dalam Nawacita pemerintahan Jokowi – JK, membangun Indonesia dari pingguran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan,” katanya.

Dia menyampaikan, sebagai salah satu organisasi yang fokus terhadap upaya pemenuhan hak serta kesejahteraan anak, Yayasan Sayangi Tunas Cilik mitra Save the Children mendukung dan bekerja bersama Pemerintah Indonesia untuk dapat mempersiapkan sejak dini terkait usia produktif sebanyak 70 persen sebagai bonus demografi yang berdampak positif.

Sejak tahun 1976, Yayasan Sayangi Tunas Cilik – Save the Children berjuang untuk pemenuhan hak- hak seluruh anak di Indonesia, terutama anak- anak yang sulit bahkan terlupakan untuk mendapatkan akses terhadap layanan dasar.

“Saat ini Save the Children sudah dan masih bekerja di 12 Provinsi, 79 Kabupaten, 705 Kecamatan dan 918 Desa, dengan program yang terintegrasi lintas sektor termasuk pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, pengentasan kemiskinan dan tata kelola pemenuhan hak anak serta respon situasi bencana,” katanya.

Didiek menambahkan, tahun 1999, Yayasan Sayangi Tunas Cilik – Save the Children bekerja di wilayah perbatasan Negara Indonesia yaitu di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, dengan memberikan bantuan tanggap darurat yang diakibatkan oleh konflik bersejata. Save the Children memberikan layanan dasar kepada anak- anak seperti pemenuhan tempat tinggal sementara, pangan, dan juga pendidikan.